Seorang psikolog Amerika Erich Fromm mengatakan bahwa manusia modern menghadapi sebuah ironi. Mereka berjaya meraih segala kebutuhan meteri namun kehidupannya dipenuhi dengan keresahan jiwa. Banyak diantara mereka yang rentan terhadap stres, depresi, dan merasa teralienasi (walau pun mereka hidup bersama orang lain) pada akhirnya mereka memutuskan untuk bunuh diri.
Ungkapan di atas diperkuat dengan pandangan seorang filosuf Inggris, Bertrand Russell bahwa kecenderungan untuk stress lalu bunuh diri adalah indikasi dari peradaban modern yang tidak mensejajarkan kemajuan materi dengan kemajuan moral-spiritual.
Stress, depresi, pembunuhan, penjarahan dan bermacam tindak kriminal lainnya, sekarang ini kedengarannya telah menjadi kosa kata yang sangat familiar bagi penduduk dunia, termasuk Indonesia.
Masalah penyakit kejiwaan yang dialami oleh orang-orang modern yang menganut faham matrealistis, sebenarnya islam telah memberikan obatnya. "Sesungguhnya mengingat ALLAH itu menenangkan hati", demikian firman-Nya dalam kitab suci Al-Quran. Dengan banyak mengingat Allah, hati akan menjadi tenang dan kita pelan-pelan akan dapat mengendalikan stress.
Kalau demikian, harus diakui bahwa moral-spiritual yang lahir dari keimanan seseorang memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah kegelisahan jiwa. Dalam hal ini, Muhammad Utsman Najati mengatakan dalam bukunya Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa bahwa keimanan kepada Tuhan merupakan kekuatan luar biasa untuk membekali manusia dengan kekuatan ruhaniah yang menopangnya dalam menanggung beban hidup lalu menghindarkannya dari keresahan manusia modern yang didominasi oleh kehidupan materi dan persaingan keras untuk meraih pendapatan materi, tapi pada saat yang sama ia membutuhkan hidangan rohani.
Dalam tarikh kehidupan Nabi Muhammad SAW, tercatat bahwa semasa hidupnya, Nabi sama sekali tak pernah sakit, apalagi stress, padahal ujian dan cobaan yang diterimanya jauh lebih berat dari yang manusia modern rasakan. Mengapa? Itu semua karena tingkat keimanan Nabi yang jauh di atas keimanan kita.
Sekarang, mengingat tingkat depresi dan stress yang semakin meningkat, pola hidup manusia modern yang lebih memprioritaskan materi ketimbang moral-spiritual harus segera dirubah. Artinya, kita sebagai pelaku yang hidup di era modern sekarang ini harus pandai-pandai menyeimbangkan kebutuhan nurani diri kita. Karena sejatinya manusia tidak hanya membutuhkan makan dan minum, tetapi juga membutuhkan pendidikan dan siraman rohani. Hal ini dikarenakan manusia itu terbentuk dari tiga buah kompnen dasar, yaitu jasad, akal, dan ruh. Inilah yang diungkapkan oleh Dr. Nu’man selaku guru besar di Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi.
Dalam bukunya Atsaqofah Al-islamiyah dijelaskan bahwa manusia harus berlaku adil terhadap dirinya. Tiap orang tidak hanya membutuhkan makan, minum, istirahat,olahraga, dan pendidikan, tetapi juga membutuhkan ibadah. Makan, minum serta olahraga menjadikan manusia sehat jasmani. Sehingga ketika jasmani sehat, maka akal atau otak manusia akan mudah menerima pelajaran yang ia terima. Kalau demikian, kesehatan jasmani dan kecerdasan otak akan merangsang kecerdasan ruhaniahnya untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.
Keadaan bangsa indonesia sekarang ini bisa dibilang sangat rawan terserang stress. Lihat saja dalam dua tahun terakhir ini angka gangguan kejiwaan meningkat luar biasa. Bahkan orang yang mengalami gangguan psikotik mencapai enam ribu orang lebih,” kata dr Hendro Chandra S, Kabid Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri.
Dari sini jelas, sebenarnya kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang dalam beberapa dekade terakhir ini adalah ketidakadilan mereka terhadap dirinya sendiri, dalam artian mereka belum bisa mensinergiskan pola kerja jasad, akal, dan ruhnya yang masing-masing memiliki kebutuhan berbeda. Sungguh mengerikan jika keadaan ini terus berlanjut.
Sekarang, ketika manusia dicoba dengan berbagai masalah universal seperti krisis global yang tak kunjung usai, belum lagi ditambah dengan datangnya sebuah penyakit berupa flu babi, adalah saat yang tepat untuk merubah pola hidup manusia modern dengan kembali melihat hakikat dirinya yang membutuhkan tiga hal. Kebutuhan jasmani, akal, dan kebutuhan rohani. Artinya, manusia harus memperhatikan kesehatan jasmaninya dengan makan, minum, istirahat, dan olahraga yang nantinya mampu merangsang otaknya untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga dengan ilmunya, manusia merasakan ketentraman yang dihasilkan dari kesadaran rohaniahnya untuk beribadah dan berperilaku sesuai ajaran agama.
Inilah yang dimaksud dengan iman sebagai psikoterapi. Manusia akan merasa tenang selama masih memegang teguh ajaran agama dan mengimaninya dengan sungguh-sungguh. Orang-orang yang hatinya tenang akan selalu menahan diri dari sikap mencari masalah. Dia akan selalu memandang permasalahan hidup secara positif, realistis dengan kemampuan diri, terbuka, dan hidupnya teratur sebagaimana yang sudah menjadi sunnatullah.
Berbagilah Ilmu karena ilmu akan bertambah ketika dibagi dan diberikan pada orang lain. Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajat
Page
Artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar