Rabu, 27 Oktober 2010

Kematian Mbah Marijan | Juru Kunci Gunung Merapi yang Sangat Amanah

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un". Selamat Jalan Mbah Marijan.

Sesaat setelah ditemukannya jasad Mbah Marijan yang sudah terbujur tak bernyawa, saya mendapatkan banyak komentar tentang perihal kematian Beliau.

Ada yang bilang Salut karena keteguhan hati beliau memegang amanah untuk menjaga Gunung Merapi. Ada yang takjub karena beliau Meninggal dalam keadaan Sujud.

Ada juga yang berkomentar pedas dan menyatakan bahwa Mbah Marijan telah bunuh diri dengan berdiam dirumah saat Merapi erupsi. Saya pun ditanya "Apa pendapatmu tentang Kematian Mbah Marijan?". Saya jawab, "luar biasa". Saya ditanya lagi, "apanya yang luar biasa?". "Ya... beliau meninggal dalam keadaan luar biasa", saya menjawabnya singkat.

Dari sini saya pun mulai berfikir dan kembali membuka buku yang sempat menjadi penghias dinding. Disana saya mendapatkan bahwa pindah dari satu tempat yang tertimpa musibah menuju ketempat lain yang dianggap aman  Tidak berarti lari dari takdir. tetapi meninggalkan takdir yang satu untuk menghadap takdir yang lain. Dan itu menjadi sebuah anjuran.

Lalu bagaimana dengan Kasus kematian Mbah Marijan? Beliau meninggal dalam keadaan Sujud.


Semua telah mengetahui bahwa beliau adalah juru kunci merapi. Jabatan sebagai Juru kunci merapi adalah amanah yang diserahkan oleh Raja ke sembilan Kraton Jogja. Sri Sultan Hamengkubuwno IX. Bisa dibayangkan, sebagai Abdi Dalem Kraton yang hanya mendapat bayaran sebesar 15 ribu rupiah perbulan, betapa amanahnya Beliau ketika tetap berada dirumahnya untuk menjaga merapi.

Secara awam, Beliau yang enggan untuk pergi ke pengungsian saat Merapi meletus, memang terlihat seperti bunuh diri. Tetapi apakah kita tahu bahwa beliau seperti itu karena sifat amanahnya yang begitu besar?

Beliau juga merupakan orang yang luar biasa bertakwa pada Allah SWT. Dalam sebuah keterangan, setiap madzan tiba, beliau segera menghentikan aktifitasnya dan bergegas pergi ke masjid untuk shalat. Bagaimana dengan kita sehingga kita berani mengomentari kematian beliau dengan komentar yang tidak-tidak?

Bingung ya....? sama dunk. Yang jelas hakikat keimanan seseorang adalah kuasa Allah. Artinya hanya Allah yang tahu. termasuk pada kasus kematian Mbah Marijan. Hanya Allah yang mengetahuinya. Kita hanya bisa mend'akan semoga Beliau ditempatkan di SurgaNya. Amin.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

laki laki sejati tak pernah ingkar dan menjilat ludahnya walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. banyak orang yang mengatakan TIDAK MASUK AKAL ketika mbah bersihkeras untuk setia menjaga merapi. sesungguhnya merekalah yang tak berakal, dan berfikir akan arti sebuah amanat.

Unknown mengatakan...

laki laki sejati tak pernah ingkar dan menjilat ludahnya walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. banyak orang yang mengatakan TIDAK MASUK AKAL ketika mbah bersihkeras untuk setia menjaga merapi. sesungguhnya merekalah yang tak berakal, dan berfikir akan arti sebuah amanat.

Artikel Terbaru

Republika Online