Islam mengajarkan bahwa nilai manusia tergantung pada kebersihan hati serta kontribusi amalnya yang bermanfaat bagi sesama. Rasulullah SAW bersabda, ''Allah tak memandang bentuk dan harta kekayaanmu, tetapi memandang hati dan bekas amalmu.'' (HR Muslim).
Dalam hadis lain dinyatakan, ''Siapa yang diperlambat oleh amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya (asal-usul keturunannya).'' (HR Muslim).Oleh karena itu, misi hidup seorang Muslim setelah menunaikan hak Khaliq (Penciptanya) melaksanakan ibadah mahdhah (ibadah formal) adalah menunaikan kewajiban kepada sesama manusia, atau yang disebut muamalah. Ibadah tidak sempurna tanpa muamalah.
Seorang Muslim yang baik bercita-cita agar hidupnya bermanfaat bagi orang lain sebagai manifestasi rasa syukur atas nikmat Ilahi. Pengertian syukur nikmat, menurut Syekh Muhammad Abduh (1849-1905), ialah menggunakan nikmat tersebut menurut kehendak pemberi nikmat, yakni Allah SWT.
Ketika Rasulullah SAW ditanya, ''Siapakah manusia yang paling baik?'' beliau menjawab, ''Manusia yang sanggup memberi manfaat kepada sesamanya.'' Selanjutnya ditanya, ''Amal apa yang paling utama?'' Beliau menjawab, ''Memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman.'' (HR Thabrani).
Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, ''Allah tidak akan menyayangi siapa yang tidak sayang kepada sesamanya.'' (HR Bukhari-Muslim). ''Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, belum beriman seseorang kamu, sampai ia mencintai saudaranya (sesama Muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri.'' (HR Bukhari-Muslim).
Dalam kaitan ini setiap Muslim harus berupaya agar selalu dapat melakukan amal-amal kebaikan yang memancarkan nilai manfaat dalam kehidupan ini, betapapun kecilnya amal kebaikan itu, baik yang menyangkut fardhu ain maupun fardhu kifayah. Islam mengajarkan bahwa setiap kelebihan yang dimiliki seseorang, membawa konsekuensi kelebihan dalam kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terhadap sesama.
Setiap Muslim juga diingatkan bahwa dosa melalaikan hak Allah dapat dihapus dengan melakukan tobat. Tapi, dosa menyakiti sesama dalam pergaulan atau mengambil hak-hak orang lain secara tidak sah tak dapat diampuni kalau tidak dimaafkan oleh yang bersangkutan.
Lebih jauh Islam menggariskan etika dan prinsip-prinsip sosial sebagaimana dikemukakan oleh almarhum Prof Dr Ahmad Syalaby, guru besar Cairo University dalam bukunya Masyarakat Islam hlm 267-272, yakni: seorang Muslim tak boleh memandang hina terhadap orang lain, seorang Muslim tak boleh buruk sangka dan tak boleh mengintai-intai kesalahan orang, Islam menyeru kepada persatuan, Islam menyerukan agar membayarkan amanat dan menepati janji, Islam melarang hasad (iri hati), Islam melarang takabur dan sombong, Islam melarang seorang Muslim mencari aib orang lain, Islam menyuruh berlaku adil dan membenci penganiayaan, Islam membenci penyuapan, Islam membenci kesaksian palsu, Islam memperteguh tali silaturahim, Islam menyeru kepada ilmu pengetahuan, Islam mewasiatkan agar orang baik dengan tetangganya, dan Islam menyerukan agar orang tolong-menolong serta mementingkan orang lain.
firaun-moderen-tantangan-islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar