Kamis, 17 Juni 2010

Berkumpul Dengan Ulama - Ulama Pewaris Para Nabi

Keberadaan ulama di dunia jelas merupakan sebagai transformator ilmu dan akidah yang menjadi tonggak panutan umat terkait dengan statement dalam hadits “Ulama adalah pewaris para Nabi”. Status keberadaan ulama sebenarnya adalah sebuah penghargaan umat yang diberikan kepada salah satu diantara mereka yang dianggap memiliki kapasitas lebih dalam keilmuan.


Statement diatas kiranya dapat melahirkan statement baru bahwa keistimewaan ulama yang telah diungkapkan oleh Nabi, jelas menuntut kita untuk berkumpul dan bergaul dengan ulama. Karena dahulu para sahabat pun selalu bekumpul dengan Nabi. Nabi menjadi tempat bertanya dan meminta solusi. Kalau begitu, Ulama sebagai pewaris Nabi juga selayaknya mendapatkan perlakuan seperti itu. Seperti dijelaskan dalam hadits, “Hendaknya kalian bergaul dengan ulama dan mendengarkan perkataan-perkataan ahli hikmah. Karena Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah bagaikan menyuburkan tanah yang tandus dengan air hujan”.

Banyak sekali manfaat yang akan kita dapatkan jika kita bergaul dengan ulama. Baik dalam aspek religi maupun duniawi.

Diantara dampak positif yang akan kita peroleh pertama kali adalah adanya momentum bertanya dan diskusi kapan saja. Dengan bertanya pada ulama kita bisa mengikis kebodohan dan memecahkan masalah dengan penuh kebijaksanaan. Karena seperti layaknya seorang Nabi, ulama adalah tempat bertanya ketika kita sedang mendapat masalah. Allah SWT berfirman “bertanyalah kalian pada orang alim (berilmu) jika kalian tidak mengetahui sebuah hal”. Dengan ini berarti dekat dengan ulama dapat menambah tingkat kecerdasan umat.

Yang kedua adalah status sosial. Ada pepatah “kamu akan wangi, jika kamu bermain minyak wangi”. Kalau demikian, kecintaan kita terhadap ulama yang diwujudkan dengan memperbanyak intensitas pertemuan kita denngannya akan meningkatkan status sosial kita. Pandangan positif masyarakat terhadap ulama akan mengena pada orang-orang yang ada di dekatnya. Alhasil, mereka-mereka yang selalu bergaul dengan ulama secara otomatis telah meningkatkan status sosial mereka dalam masyarakat sebab image baik ulama yang diluar kesengajaan telah nyerempet orang-orang di dekatnya.

Kedudukan ulama sebagai pewaris para nabi, selain bisa menghasilkan dampak positif bagi mereka yang mau bergaul dengan ulama, juga bisa menyebabkan dampak negatif bagi mereka yang menjauhi ulama. Seperti yang dijelaskan dalam hadits “Suatu saat nanti akan datang sebuah masa pada ummatku dimana mereka menjauhi para ulama. Kalau sudah seperti itu, Allah akan memberikan tiga macam musibah. Yang pertama, Allah akan menghilangkan barokah dari usaha mereka. Yang kedua Allah akan memberikan mereka penguasa yang dzolim. Dan yang ketiga, mereka akan keluar dari dunia (mati) tanpa membawa iman”.

Hadits diatas merupakan sebagai himbauan agar kita mengindahkan keberadaan ulama yang jelas-jelas telah dinobatkan sebagai pewaris para nabi. Selain itu, hadits tersebut juga merupakan pelajaran bagi kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang kita dapat. Karena diluar semua itu, ulama adalah sebuah sarana yang telah disediakan oleh Allah agar kita bisa menimba ilmu dari mereka.

Berkumpul, bergaul dan berdiskusi dengan ulama diharapkan bisa menjadi solusi di tengah krisis moral yang melanda bangsa kita. Tidak hanya itu, gerakan peduli ulama juga bisa menjadi formula canggih untuk memberantas kebodohan manusia. Bukan hal yang mustahil jika kita tidak menyia-nyiakan fasilitas yang telah disediakan oleh Allah –dalam hal ini adalah ulama– selanjutnya Allah akan memberikan fasilitas lain yang kita butuhkan. Amin.

Tidak ada komentar:

Artikel Terbaru

Republika Online