Kamis, 17 Juni 2010

BAHAGIALAH MENYAMBUT RAMADHAN

"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Didalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh syaithan. Padanya ada suatu malam yang terlebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa 
tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."


Demikianlah khutbah Rosulullah SAW untuk menyambut Ramadhan. Dalam khutbah itu Rosulullah hendak memberitahukan bahwa sebenarnya Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan, bahkan pada bulan Ramadhan, Allah sangat menyukai hambanya yang meminta surga dan keselamatan dari neraka. Begitu mulianya bulan Ramadhan, sampai-sampai Rosulullah pun sangat mendambakan untuk berjumpa dengannya.
 
Dalam rangka mengharap dan menyambut bulan Ramadhan, Rosulullah SAW. Melazimkan sebuah do’a yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a.dia berkata, bahwa ketika masuk bulan Rajab, Rosulullah SAW. selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadhan.” Artinya, “ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan”. (HR. Ahmad dan Tabrani).
Hadits di atas mengindikasikan bahwasanya, sebagai muslim sejati, hendaknya kita merasa senang dengan kedatangan bulan ramadhan yang sebenarnya adalah moment terbaik bagi manusia untuk memperbaiki akhlak dan budi pekertinya.
 
Dalam kitab Ats-tsakofah al-Islamiyah karangan Dr. Nu’man Abdul Rozak, Dosen di Universitas King Abdul Aziz, Cairo, disebutkan bahwa “puasa sejatinya adalah sebuah ibadah ruhaniyah yang berfungsi untuk membantu manusia dalam rangka mengalahkan sebuah kekuatan jahat yang mendominasi dalam jiwa. Tabiat manusia yang sangat membutuhkan makanan, akan menjadikan makanan adalah segalanya, sehingga ketika lapar, manusia akan berakhlak buruk dan hasilnya akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan makanan. Atau bahkan ketika manusia tak lagi puas dengan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsinya, dia akan lari mencari makanan atau minuman yang bisa memuaskannya meski sebenarnya daapat merusak saraf dan otaknya, seperti khomer”.
 
Puasa adalah suatu bentuk penyembahan khusus antara hamba dan Allah sebagai Tuhannya, karena hanya Allah yang mengetahui 'azam/niat seseorang, keikhlashan, kemurnian dan perhatiannya atas amalan yang halal dan yang haram, termasuk ketika seorang menunaikan kewajiban ini. Tak seorangpun mengetahui apakah seseorang berpuasa untuk memberi kesan kepada orang-orang sekitarnya ataukah untuk maksud lain di luar tujuan suci yang utama
 
Puasa merupakan sarana untuk memantapkan aqidah yang kokoh dan teguh, dan sarana hubungan manusia dengan Tuhannya yang berupa hubungan ketaatan dan kepatuhan, sebagaimana ia juga merupakan sarana ketinggian melebihi kebutuhan fisik belaka, dan ketabahan untuk memikul dan bebannya, demi mengutamakan keridhoaan dan kesenangan Allah. (Tafsir Fi Zilalil Qur'an : sayyid Qutb).
 
Dengan menunaikan puasa ramadhan satu bulan penuh, diharapkan mampu untuk meminimalisir kebiasaan-kebiasaan buruk manusia yang biasa muncul diluar ramadhan.
 
Selain itu, setelah bulan ramadhan selesai, orang-orang yang berpuasa akan mendapatkan sebuah hadiah yang begitu besar. Yaitu Takwa. Sesuai dengan Firman Allah dalam surat al-Bakoroh ayat 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
 
Takwa adalah sebuah imbalan yang dijanjikan Allah. Disini Allah tidak berjanji akan memberikan kekayaan dan kehormatan yang menjadi tujuan banyak orang. Tetapi Allah SWT berjanji untuk memberikan “Takwa” pada orang-orang yang berpuasa. Mengapa?.
 
Dalam al-Qur’an surat at-Thalak ayat 2-3 disebutkan bahwa “barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”.
Ayat di atas memberikan pengertian bahwa dengan Takwa, manusia akan meraih segalanya. Baik masalah dunia, maupun masalah akhirat. Selain itu, dengan ayat di atas, Allah juga hendak memberi tahu bahwa sebenarnya kemuliaan manusia di sisi tidak dilihat dari berapa jumlah penghasilannya perbulan, bukan juga dari berapa banyak perusahaan yang dipimpinnya, tetapi dinilai dari ketakwaannya. Dalam hal ini, al-Quran pun berbicara “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian bagi Allah adalah yang paling bertakwa”.
 
Kalau demikian, melihat perilaku mayoritas masyarakat Indonesia yang semakin jauh dari nilai-nilai keislaman sehingga mengakibatkan semakin bertambahnya masalah yang harus dihadapi. Belum lagi ditambah sejumlah permasalahan akibat ulah sebagian elit politik yang menjadikan Indonesia terasa semakin sulit untuk melepaskan dirinya dari segudang permasalahan, kiranya Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh semua masyarakat muslim Indonesia. Baik dia seorang rakyat sipil, atau pun seorang pemimpin.
 
Pemerintah harus sesegera mungkin menginstruksikan rakyatnya untuk bersiap-siap menyambut Ramadhan dengan harapan setelah keluar dari bulan Ramadhan ini, masyarakat selaku syarat pokok terbentuknya negara akan berevolusi menjadi masyarakat sehat yang peduli sesama serta peduli bangsa. Sebab kebahagiaanlah buah dari perjuangan di bulan Ramadhan.
 
Rasulullah Bersabda: “Sungguh! kebahagiaanlah bagi orang-orang yang melalui bulan (Ramadhan) ini dengan berpuasa, beribadah, dan melakukan amal kebaikan (amal sholeh)”.

Tidak ada komentar:

Artikel Terbaru

Republika Online